SUNNII-SALAFIYAH

Meluruskan Pemahaman terhadap Al-Quran dan As-Sunnah sesuai Pemahaman Ulama Salaf dan Ulama Muktabar

PEMALSUAN WAHABI TERHADAP RIWAYAT IBNU ABBAS TENTANG PENAFSIRAN ISTAWA [2]

Unknown - Rabu, 18 November 2015
Di antara perbedaan akidah Ahlussunnah Wal-Jama’ah dengan Salafi- Wahabi adalah tentang konsep keberadaan Allah SWT itu tanpa tempat atau bertempat. Ahlussunnah Wal-Jama’ah meyakini bahwa Allah ada tanpa tempat Sedangkan Salafi-Wahabi meyakini Allah bertempat di arasy. Di antara dasar yang digunakan oleh Salafi-Wahabi dalam meyakini Allah bertempat di ‘arasy adalah beberapa ayat mutasyabihat dalam alQur’an yang menjelaskan Allah ber-istiwa’ pada ‘arasy, dimana mereka mengartikannya secara literal, dengan arti bersemayam Ahlussunnah Wal-Jama’ah menafsirkan istiua’ tersebut dengan dua pendekatan. Pertama, pendekatan tafwidh yaitu menyerahkan makna yang sesungguhnya kepada Allah. Pendekatan ini diambil oleh mayoritas ulama Salaf. Kedua, pendekatan ta’wil, yaitu mengartikan istiwa’ Allah dengan makna yang dapat dibenarkan secara bahasa, misalnya bermakna menguasai Pendekatan ini diambil oleh mayoritas ulama khalaf.

Penafsiran Salafi-Wahabi terhadap istawa dalam al-Qur’an dengan arti bersemayam dan bertempat, tidak memiliki dasar yang kuat, baik secara syar’i maupun secara logika. Al-Imam al-Baihaqi meriwayatkan dalam al-Asma’ wa al-Shifat, melalui jalur sanad yang sangat lemah, bahwa Ibnu Abbas RA menafsirkan ayat istawa dengan bersemayam. Tetapi kemudian al-Baihaqi menjelaskan bahwa riwayat tersebut munkar atau dusta, karena diriwayatkan melalui beberapa perawi yang tidak dapat dijadikan hujjah dan pendusta. Selanjutnya Ibnu al-Qayyim dalam kitabnya Ijtima’ al-Juyusy al-lslamiyyah, kitab yang ditulis untuk menghimpun pernyataan para ulama yang mendukung akidah kaum ghulat alhanabilah, mengutip penafsiran Ibnu Abbas tersebut dari al-Baihaqi dalam al-Asma’ wa al-Shifat. Hanya saja, Ibnu al-Qayyim membuang penjelasan al-Baihaqi, bahwa riwayat tersebut munkar alias dusta dan palsu.



Keterangan dalam scan di atas:

  1. Ibnu al-Qayyim dalam kitab Ijtima’ al- Juyusy al-lslamiyyah halaman 249, mengutip penafsiran Ibnu Abbas terhadap istawa dengan bersamayam, dari al-Baihaqi, tetapi membuang penjelasan al- Baihaqi bahwa riwayat tersebut dusta dan palsu.
  2. Al-Baihaqi dalam kitab al-Asma” wa al-Shifat, halaman 383-384, meriwayatkan dari Ibnu Abbas, yang menafsirkan istawa dengan istaqarra (bersemayam).
  3. Lalu al-Baihaqi menjelaskan bahwa riwayat dari Ibnu Abbas tersebut dusta, di dalam sanadnya terdapat Abu Shalih al-Kalbi dan Muhammad bin Marwari al-Suddi, dua perawi yang pendusta.

http://as-suhaime.blogspot.co.id/

Google+

Alhamdulillah, antum telah selesai membaca artikel yang berlabel al-Mauidzah/Info/Salafi-Wahabi/Tauhid, Judul: PEMALSUAN WAHABI TERHADAP RIWAYAT IBNU ABBAS TENTANG PENAFSIRAN ISTAWA [2]
0 Comments
Tweets
Komentar

Posting Komentar

Berilah komentar antum dengan mengedepankan adab! Karena "Kebaikan ialah akhlak yang baik, dan kejahatan ialah sesuatu yang tercetus di dadamu dan engkau tidak suka bila orang lain mengetahuinya." (HR. Imam Muslim)

Berita/Info

Al-Mauidzah

Tauhid

Fiqh dan Usul Fiqh

Syiah

Salafi Wahabi

Subscribe to our Newsletter

*klik subscribe untuk berlangganan gratis via e-mail Feedburner

Contact our Support

Email us: sunnisalafiyah@gmail.com

Our Team Members